SERUAN MENGAKTUALKAN
DAN MEMBUMIKAN MOMENTUM
ZERO HUNGER 2030
- Pendahuluan
Sepanjang sejarah dalam kehidupan manusia
di dunia, selalu saja timbul gagasan yang bermunculan silih berganti untuk
mewujudkan tata kehidupan yang lebih baik. Gagasan itu akhirnya menjadi
keinginan bersama yang menginginkan suatu keadaan dunia yang lebih baik. Zaman
terus berubah, waktu silih berganti, permasalahan dalam kehidupan manusia
semakin kompleks, perlu adanya inovasi yang memampukan manusia untuk dapat
menghadapi tantangan zaman yang telah menjadi suatu keniscayaan.
Momentum Zero Hunger 2030, menjadi salah satu kesempatan berahmat bagi
bangsa-bangsa di dunia, khususnya di Indonesia untuk mengalami transformasi eksistensi
yang lebih baik. Transformasi yang diharapkan seyogyanya dapat melingkupi
seluruh lapisan masyarakat dalam hal memenuhi kebutuhan pangan. Upaya dan
persiapan pun telah dimulai agar momentum yang sedang dinantikan dapat
membuahkan perubahan yang menyejahtrerahkan kehidupan bangsa pada saatnya.
Dalam esai yang bertema, “Peran
Mahasiswa, Masyarakat dan Pemerintah dalam Mendukung Tercapainya Zero Hunger pada Tahun 2030”, membawa
pesan eksplisit, yakni ajakan untuk mewujudnyatakan masyarakat dunia terbebas
dari bencana kelaparan dan kebutuhan pangan dapat tercukupi bagi seluruh
masyarakat.
Krisis
dan permasalahan akan kebutuhan pangan yang tidak terpenuhi di berbagai belahan
dunia bukanlah hal baru di bawah kolong langit bumi ini. Dari informasi yang
disampaikan oleh PBB lewat media pemberitaan elektronik, Liputan 6 (18 Sept
2017), jumlah orang kelaparan di dunia pada tahun 2016 mencapai 815 juta jiwa.
Sementara pada tahun 2018, PBB mencatat ada 821 juta penduduk dunia mengalami
kelaparan.
Berangkat dari realitas yang
disajikan berwujud data oleh PBB, barangkali inilah yang menyebabkan pemerhati
pangan dan kemanusiaan semakin getol
menyuarakan pentingnya mencapai keadaan dunia yang terbebas dari bencana
kelaparan pada tahun 2030. Pada bagian isi karangan esai, akan dipaparkan lebih
lanjut dan spesifik tentang peran serta yang harus dilakukan oleh semua pihak
seperti yang telah disinggung pada tema esai.
- Pembahasan
Mengawali
karangan esai ini, perlulah kiranya kita mendapat gambaran singkat tentang apa
itu Zero Hunger 2030 yang menjadi
buah pemikiran Ban Ki-moon. Introduksi tentang sesuatu yang ideal nyatanya
diperlukan untuk membuat alam pikiran manusia memiliki kekomprehensifan akan
suatu hal yang ada dan yang hendak dipahami secara global.
Dari pelbagai media pemberitaan,
gagasan tentang Zero Hunger 2030 tidak
terlepas dari diperingatinya Hari Pangan Sedunia. Dalam peringatan itu, telah diingatkan
kepada masyarakat dunia untuk bersama-sama mengambil peran dalam mewujudkan Zero Hunger 2030. Harapannya pada tahun
2030, negara-negara di dunia terbebas dari adanya bencana kelaparan dan
kebutuhan akan pangan dapat terpenuhi. Dengan adanya harapan itu, kiranya
seruan yang disampaikan mampu menggetarkan hati orang banyak dan akhirnya
melahirkan suatu aksi untuk mencapainya. Di sisi lain, angka kelaparan dan
kemiskinan yang tinggi juga terus-menerus menjadi sorotan perhatian bagi mereka
yang memiliki kepeduliaan akan hal itu. Lantas langkah selanjutnya yang
diperbuat adalah melakukan upaya-upaya penghentian dan pencegahan agar hal
tersebut dapat diatasi.
Fokus
dan pembahasan dalam esai ini mengerucut dalam situasi dan konteks di Indonesia
saat ini. Menurut laporan Global Hunger
Index 2018, persoalan kelaparan di Indonesia berada pada peringkat 73 di
dunia dengan skor 21,9 atau berada pada level yang serius. Sementara itu,
berdasarkan dari Data Badan
Pusat Statistik pada Maret 2015 menunjukan masih terdapat penduduk miskin
sebanyak 28,59 juta jiwa atau sebesar 11,22 persen. Kita tidak dapat
memungkiri bahwasanya di negara Indonesia masih terdapat masyarakat yang hidup
dibawah garis kemiskinan yang berujung pada situasi minus pangan. Selain itu,
akibat dari taraf hidup masyarakat yang rendah, menyebabkan banyak anak yang
kekurangan asupan gizi yang cukup.
Kemiskinan menjadi salah satu contoh
yang nyata dan juga faktor penyebab terjadinya bencana kelaparan dan sulitnya
memperoleh gizi yang cukup. Tentunya masih ada aspek lain yang menyebabkan
ketidaktersediaan pangan secara merata di seluruh wilayah Indonesia. Untuk
mencapai Zero Hunger 2030 yang
diimpikan, memang perlu banyak sisi kehidupan yang perlu diperhatikan.
Belum lama ini telah kita saksikan
bersama di media pemberitaan tentang formasi dan susunan kabinet kerja yang
baru di periode kedua pemerintahan Bapak Presiden Joko Widodo beserta staf
khususnya. Rakyat Indonesia menantikan gebrakan dan terobosan apa yang akan
dilakukan oleh Presiden bersama rekan-rekan kerjanya. Salah satu harapan yang
melulu diulang dalam setiap periode kepemimpinan presiden pertama hingga
sekarang adalah terjaminnya kesejahteraan rakyat dan meningkatnya taraf hidup
yang lebih baik.
Sikap
percaya yang kita berikan kepada pemerintah menjadi salah satu bentuk dukungan
bagi pemerintah. Kita tentunya juga berharap bahwa pemerintah, disamping dengan
seabreg tugasnya, juga tidak lupa untuk
segala persiapannya bersama rakyat untuk menyongsong Zero Hunger 2030 mendatang. Dalam mengupayakan hal tersebut, tentu
pemerintah tidak bekerja sendiri mengusahakan itu, melainkan mengajak banyak
pihak dan melangkah bersama dalam meminimalisir kekurangan pangan skala nasional
yang dapat berdampak pada aspek lainnya.
Telah
kita ketahui bersama, bahwasanya ada banyak hal baik yang dapat kita rasakan
dari hasil pengupayaan menggapai Zero
Hunger 2030. Dengan mencapai itu, nantinya dapat dirasakan akses kebutuhan
pangan yang mencukupi sepanjang tahun, kemudian hilangnya stunting (tinggi badan anak tidak sesuai umur) pada anak usia
balita, meningkatkan produktivitas dan pendapatan para petani kecil dan lain
sebagainya.
Dampak
positif dari Zero Hunger 2030
tersebut tentulah tidak akan bisa diraih dengan baik tanpa adanya usaha dari
berbagai kalangan. Justru dengan adanya kerjasama yang baik semakin memperbesar
peluang negara kita dapat mencapai keadaan di tahun 2030 yang lebih baik. Kita
yakini dengan adanya kerjasama yang solid, kedaulatan pangan bisa dicapai
kendati bukan hal mudah.
Lalu
peran apa yang bisa dilakukan oleh kita masing-masing?. Dalam tulisan ini, saya
mencoba menawarkan beberapa cara untuk berperan yang kiranya boleh dilakukan
oleh ketiga kelompok yang disinggung dalam tema penulisan esai ini. Dimulai dari mahasiswa, sebagai bagian dari
generasi muda penerus bangsa atau istilahnya agent of challenge. Mahasiswa dapat berdiskusi bersama dan mencari
cara atau peluang untuk membantu program Zero
Hunger 2030, paling tidak dengan skala kedaerahan.
Kemudian juga dengan program studi
dan jurusan perkuliahan yang sedang digeluti, dengan itu mencoba menumbuhkan
inisiatif agar apa yang apa yang diperoleh di bangku perkuliahan secara
teoritis dapat diimplementasikan dalam kehidupannya bersama masyarakat,
sebagaimana juga menjadi jalan untuk mewujudkan salah satu dari tri dharma perguruan tinggi. Misalnya
saja mahasiswa yang mengambil program studi yang berkaitan dengan teknologi,
dapat berinovasi menemukan teknologi terbarukan, khususnya di bidang pertanian
dan ketahanan pangan dan akhirnya boleh menjadi teknologi unggulan dan bermanfaat
bagi orang lain. Contoh lain, misalnya saja diadakannya sosialisasi akan
pentingnya pengelolaan ekonomi, entah dari lingkup keluarga bahkan skala yang
lebih luas.
Kemudian mahasiswa yang menggeluti bidang pertanian, dapat memberikan
sosialisasi dan edukasi bagi masyarakat akan penghargaan pangan yang diperoleh
berkat campur tangan banyak orang. Tidak membuang-buang makanan merupakan
contoh penghargaan. Atau pun juga bagi petani diberikan pelatihan untuk
melakukan kegiatan pertanian dengan baik. Maka dukungan semua pihak bagi
mahasiswa juga sangat berarti bagi mereka untuk dapat mengekspresikan ide-ide
yang kreatif. Generasi muda, yang dalam judul esai ini adalah mahasiswa,
kiranya juga tidak enggan dan apatis terhadap upaya-upaya yang tengah dilakukan
oleh pemerintah saat ini.
Selain itu, disamping kehadiran peran mahasiswa, tentunya juga ada
kelompok yang dari segi kuantitasnya lebih banyak, dalam hal ini adalah
masyarakat. Masyarakat yang terdiri dari
berbagai golongan dan usia, menjadi agen pelaksana yang banyak dari program
pemerintah beserta jajarannya. Maka kelompok masyarakat menjadi agen penentu
terbesar dalam mendukung pelaksanaannya upaya-upaya yang dilakukan oleh
pemerintah, lebih-lebih dalam bidang kebutuhan pangan dan kesehatan.
Selain itu dibukakannya peluang bagi
masyarakat untuk berinovasi dan menciptakan hal yang baru juga bisa menjadi
sarana mewujudkan program pemerintah. Mereka dapat membantu program pemerintah
dengan caranya yang unik dan khas. Maka peluang bagi masyarakat untuk
berinovasi kiranya mendapat banyak dukungan dari berbagai pihak.
Terakhir yang juga menjadi agen untuk mengambil peran penting dalam
mewujudkan Zero Hunger 2030 adalah
pemerintah. Pemerintah yang dengan kata lain juga menjadi wakil rakyat menjadi
pemasok dan penentu terbesar pula untuk mewujudkan momentum Zero Hunger 2030. Perencanaan pemerintah
untuk mencapai hal tersebut dapat pula dimulai dari kegiatan diskusi dengan
akademisi, ilmuwan dan para ahli dari berbagai disiplin ilmu untuk mencari
jalan terbaik demi terwujudnya situasi yang diharapkan.
Selain bentuk dukungan dan kepercayaan terhadap pemerintah akan suatu
kondisi dan keadaan yang lebih baik, pemerintah juga selalu mengingatkan dan
mengajak masyarakat luas untuk mendukung dan bekerjasama akan program yang
telah ditawarkan.
Maka ketika ketiga kelompok besar ini mengambil perannya masing-masing
dan sesuai dengan kapasitas serta kapabilitasnya akan memaksimalkan upaya yang
diinginkan demi pencapaian yang diimpikan.
C.
Penutup
Zero Hunger 2030 menjadi harapan bersama masyarakat dunia. Dalam momentum tersebut,
masyarakat dunia mengimpikan bahwa tidak ada lagi anggota masyarakat dunia
mengalami krisis pangan dan kelaparan. Selain itu tingkat kebutuhan pangan di
berbagai belahan dunia dapat terpenuhi. Dari momentum itu pula diharapkan angka
kesehatan manusia seantero dunia terus meningkat ke arah yang lebih baik dan
semakin baik.
Indonesia merupakan salah satu negara dari berbagai negara di belahan
dunia dan juga sekaligus mengandung konsekuensi menjadi anggota masyarakat
dunia. Dalam mengambil peran serta perwujudan era Zero Hunger 2030, rakyat Indonesia juga kiranya mulai memikirkan
untuk momentum ini, sekurang-kurangnya dimulai dari skala kedaerahan.
Rakyat atau penduduk Indonesia pun juga tidak kalah banyak dari banyak
negara di dunia. Dari yang banyak itu, kiranya membuka peluang munculnya
inovasi dan kreativitas yang silih berganti bermunculan dan akhirnya dapat
diaktualisasikan. Harapannya adalah Indonesia juga turut mengambil peran
perwujudan era tersebut dari hadirnya peran serta tiga kelompok besar yang
berbeda menuju situasi dan keadaan masyarakat yang semakin baik dan sejahtera.
Penulis : Paska Riyandi
Penulis : Paska Riyandi
0 Comments